Kemudian ada yang tekun melakukan wirid atau membaca doa tertentu bahkan mendawankan Asmaul Husna, misalnya Al-Muqît, Yang Maha Pemelihara dan Maha Kuasa untuk memberi rejeki yang mencukupi seluruh makhluk-Nya. Pada makna sifat Al-Muqît terdapat penekanan dalam sisi jaminan rejeki, banyak atau sedikit. Allah juga Ar-Razzâq (Maha Pemberi Rejeki), yang mengandung maksud bahwa Allah berulang-ulang dan banyak sekali memberi rejeki kepada semua makhluk-Nya. Tetapi nyatanya penghidupannya tidak ada perubahannya, tetap masih dalam kekurangan.
Begitu juga dengan orang yang selalu melaksanakan shalat Dhuha tetapi hidupnya masih juga belum berkecukupan.
Selama ini kita telah mengartikan makna dari rejeki. Anggapan kita rejeki itu semata-mata berupa kekayaan, perhiasan dan lain-lain.
Kadang-kadang Allah memberi kekayaan kepada manusia beserta kesenangannya, akan tetapi Allah tidak memberi taufik dan hidayah-Nya. Sebaliknya, terkadang Allah tidak memberi anugerah kekayaan dunia, akan tetapi menganugerahkan rahmat dan hidayah-Nya. Allah menahan rejeki manusia, adakalanya untuk memberi kesempatan baginya mencari taat, dan menghindarkannya dari maksiat. atau memberinya kekayaan, tapi tidak memberinya ketaatan dan keshalehan.
Rejeki itu memiliki bermacam2 bentuk. rejeki kekayaan/materi, rejeki waktu, rejeki kesehatan, rejeki keluarga yang menyenangkan dan harmonis, rejeki kebebasan, rejeki bakat pada bidang tertentu, rejeki kepandaian, itu smuanya adalah bentuk2 rejeki dalam hidup… dan masih banyak ragam lainnya yang terlalu luas untuk didefinisikan.Allah pasti akan memberikan rejeki kepada makhluk yang memintanya artinya rejeki tidak akan hilang, rejeki hanya akan berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
Di samping terus bekerja keras, bila orang yang beriman masih tetap miskin, maka itu adalah ujian dari Allah. Ujian merupakan sunnah Ilahiah yang berlaku sejak zaman dahulu. Allah menjadikan ujian agar menjadi pembeda antara orang munafik dan orang mukmin. Allah menjadikan ujian agar menjadi standar bagi semua manusia tanpa kecuali, semenjak diciptakan Nabi Adam as. hingga hari Kiamat kelak.
Sebagai penutup hendaknya perlu diingat bahwa kita tidak boleh melakukan ibadah apapun misalnya shalat Dhuha dengan niat agar mendapatkan banyak rejeki. Shalat Dhuha tetap diniatkan untuk beribadah, mengabdi kepada-Nya, sesuai anjuran Rasulullah saw. Doa setelah shalat itulah yang kita niatkan untuk memohon kelancaran rejeki yang halal, berlimpah dan barakah.